(114) Surah An Naas

Selasa, 02 November 2010

1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya termasuk pula di dalamnya seluruh umatnya agar memohonkan perlindungan kepada Tuhan yang menjadikan, menjaga, menumbuhkan, mengembangkan dan menjaga kelangsungan hidup manusia dengan nikmat dan kasih sayang-Nya serta memberi peringatan kepada mereka dengan ancaman-ancaman-Nya.

2. Raja manusia.

Allah SWT menjelaskan bahwa Tuhan yang mendidik manusia itu adalah yang memiliki dan yang mengatur semua syariat, dan yang membuat undang-undang, dan yang membuat peraturan-peraturan dan hukum-hukum agama. Barangsiapa mematuhinya akan berbahagia hidup di dunia dan di akhirat.

3. Sembahan manusia.

Allah SWT menambah keterangan tentang Tuhan pendidik manusia ialah yang menguasai jiwa mereka dengan kehesaran-Nya. Mereka tidak mengetahui kekuasaan Allah itu secara keseluruhan, tetapi mereka tunduk kepada-Nya dengan sepenuh hatinya dan mereka tidak mengetahui bagaimana datangnya dorongan hati kepada mereka itu, sehingga dapat mempengaruhi seluruh jiwa raga mereka.
Mendahulukan kata "RABB" (pendidik) dari kata "Malik" dan dari kata "Ilah" karena didikan adalah nikmat Allah yang paling utama dan terbesar bagi manusia. Kemudian yang kedua diikuti dengan kata "Malik" (Raja) karena manusia harus tunduk kepada kerajaan Allah sesudah mereka dewasa dan berakal. Kemudian diikuti dengan kata "Ilah" (sembahan), karena manusia sesudah berakal menyadari bahwa hanya kepada Allah mereka harus tunduk dan hanya Dia saja yang berhak untuk disembah.
Allah menyatakan dalam ayat-ayat ini bahwa Dia Raja manusia, Pemilik manusia dan Tuhan manusia, bahkan Dia adalah Tuhan segala sesuatu. Tetapi di lain pihak manusialah yang membuat kesalahan dan kekeliruan dalam menyifati Allah sehingga mereka tersesat dari jalan lurus. Mereka mengadakan tuhan-tuhan lain yang mereka sembah dengan anggapan bahwa tuhan-tuhan itulah yang memberi nikmat dan bahagia serta menolak bahaya dari mereka, yang mengatur hidup mereka, menggariskan batas-batas yang boleh atau tidak boleh mereka lakukan. Mereka memberi nama tuhan-tuhan itu dengan pembantu-pembantunya dan menyangka bahwa tuhan-tuhan itulah yang mengatur segala gerak-gerik mereka.
Dalam ayat lain yang hampir sama artinya Allah berfirman:

Artinya:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Q.S. At Taubah: 31)

Dan firman-Nya:

Artinya:
Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para Nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) Dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam!.(Q.S. Ali Imran: 80).

Maksudnya, dengan ini Allah memperingatkan manusia bahwa Dia-lah yang mendidik mereka sedang mereka adalah manusia-manusia yang suka berfikir dan Dia raja mereka dan Dia pula Tuhan mereka menurut pikiran mereka, maka tidak benarlah apa yang mereka ada-adakan untuk mendewa-dewakan diri mereka padahal mereka manusia biasa.

4. dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi,

Dalam ayat ini Allah memerintahkan manusia agar berlindung kepada Allah Rabbul Alamin dari kejahatan bisikan setan yang senantiasa bersembunyi di dalam hati manusia.

Bisikan dan was-was yang berasal dari godaan setan itu bila dihadapkan kepada akal yang sehat mesti kalah dan orang yang tergoda menjadi sadar kembali, karena semua bisikan dan was-was setan yang akan menyakiti mausia itu akan menjadi hampa bila jiwa sadar kembali kepada perintah-perintah agama. Begitu pula bila seorang menggoda temannya yang lain untuk melakukan suatu kejahatan, tetapi temannya itu berpegang kuat dengan perintah-perintah agama niscaya ia akan berhenti menggoda dan merasa kecewa karena godaannya itu tidak berhasil namun ia tetap menunggu kesempatan yang lain.

5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.

6. dari (golongan) jin dan manusia.

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan tentang godaan tersebut, iaitu bisikan setan yang tersembunyi yang ditiupkan ke dalam dada manusia, yang mungkin datangnya dari jin atau manusia, sebagaimana dalam ayat lain yang hampir sama maksudnya Allah berfirman:

Artinya:
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) Jin". Q.S. (Al An'am): 112.
Setan-setan jin itu seringkali membisikkan suatu keraguan dengan cara yang sangat halus kepada manusia. Seringkali dia menampakkan dirinya sebagai penasehat yang ikhlas, tetapi bila engkau menghardiknya ia mundur dan bila diperhatikan bicaranya ia terus melanjutkan godaannya secara berlebih-lebihan.
Dalam hal ini Nabi SAW. telah bersabda:

Artinya:
Sesungguhnya Allah SWT memaafkan dari umatku bisikan Jiwanya, selama ia belum mengamalkan atau mengucapkannya.
HR. Bukhari dari Abu Hurairah.
Syekh Muhammad Abduh berpendapat bahwa yang menyebabkan bisikan itu ada dua macam:

1. Dari jin yaitu sebangsa makhluk yang halus yang tersembunyi yang tidak dapat dikenal tetapi hanya dapat dirasakan bekas bisikannya dalam diri kita. Bagi setiap manusia ada setannya, yaitu kekuatan batin yang mendorong dia berbuat jahat, yang membisikkan ke dalam jiwanya bisikan-bisakan jahat.

2. Dari setan manusia; godaan manusia ini dapat kita saksikan dengan jelas, dengan melihat dan mendengarnya.
Tersebut dalam beberapa hadis tentang adanya belalai setan, hidung setan, paruh setan yang melekat di dada manusia atau di hati, itu semua adalah gambaran dan perumpamaan saja.

Surah ini dimulai dengan kata "Pendidik", karena itu Tuhan sebagai Pendidik manusia, berkuasa untuk menolak semua godaan setan dan bisikannya dari manusia.
Allah memberi petunjuk dalam surah ini agar manusia memohon pertolongan hanya kepada Allah saja sebagaimana Dia telah memberi petunjuk yang serupa dalam surah Al Ftihah, bahwa dasar yang terpenting dalam agama adalah menghadapkan diri dengan penuh keikhlasan kepada Allah baik dalam ucapan, maupun perbuatan lainnya dan memohon perlindungan kepada-Nya dari segala godaan setan yang ia sendiri tidak mampu menolaknya.

0 komentar:

Posting Komentar