1. Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah),
2. dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini,
3. dan demi bapak dan anaknya.
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
Dalam ayat-ayat ini Allah bersumpah dengan kota Mekah yang di dalamnya terdapat Kakbah yang menjadi kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia dan tempat seorang besar yang diakui oleh lawan dan kawan atas kebesarannya, yaitu Nabi Muhammad SAW. dilahirkan dan bertempat tinggal.
Beliau adalah utusan Allah yang membawa agama Islam untuk disampaikan ke seluruh manusia. Kemudian Allah bersumpah demi bapak dan anaknya, manusia dan bukan manusia, bahwa sesungguhnya Dia telah menciptakan manusia yang selalu berada dalam susah payah, berjuang semenjak permulaan hidupnya sampai akhir hayatnya dan di akhirat nanti masih harus memikul beban yang berat dan menghadapi kesulitan yang tidak dapat diatasinya kecuali dengan pertolongan Allah SWT.
(Sungguh) huruf Laa di sini adalah huruf Zaidah mengandung makna Taukid (Aku bersumpah dengan kota ini) yakni kota Mekah.
5. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya?
Dalam ayat ini, Allah memperingatkan manusia apakah mereka yang menyombongkan dirinya karena kekuasaan yang luar biasa mengira bahwa tidak ada seorangpun yang dapat berkuasa atas dirinya.
Tafsir Jalalain :
(Apakah manusia itu menyangka) atau apakah manusia menduga, bahwa dia itu adalah kuat. Yang dimaksud adalah Asyad dari kalangan kaum Quraisy ia terkenal kekuatannya (bahwa) huruf An di sini adalah bentuk Takhfif dari Anna, sedangkan Isimnya tidak disebutkan, lengkapnya Annahuu (sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atas dirinya?) Allahlah yang berkuasa atas dirinya.
6. Dia mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang banyak".
Diterangkan bahwa ada pula orang kaya yang mengatakan bahwa ia telah menghabiskan harta yang banyak untuk berbuat kebaikan.
7. Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya?
Dalam ayat ini Allah memperingatkan manusia apakah mereka mengira Allah tidak tahu atas perbuatan mereka. Dan dengan tegas dijelaskan bahwa Ia mengetahui apa-apa yang tersimpan di dalam hati mereka; bahkan tidak ada sesuatupun yang berada di bumi dan di langit yang tidak diketahui Nya.
8. Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
9. lidah dan dua buah bibir.
Dalam ayat-ayat ini Allah memperingatkan bukankah Ia telah memberikan kepada mereka dua buah mata, lidah dan dua bibir.
Tafsir Jalalain :
(Bukankah Kami telah menjadikan) Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti Taqrir (baginya dua buah mata,)
10. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.
11. Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Ia telah menunjukkan manusia kepada dua jalan, ialah jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Dan kepadanya pula telah diberikan-Nya akal untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk; sehingga ia dapat memilih yang baik untuk dikerjakannya, dan yang buruk untuk ditinggalkan.
12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
(Tahukah kamu) maksudnya apakah kamu mengetahui (apakah jalan yang sulit) yang akan ditempuhnya itu? Ungkapan ini mengagungkan kedudukan jalan tersebut. Ayat ini merupakan Jumlah Mu'taridhah atau kalimat sisipan; kemudian dijelaskan oleh ayat berikutnya, yaitu:
13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
14. atau memberi makan pada hari kelaparan,
15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
16. atau orang miskin yang sangat fakir.
Diterangkan bahwa menempuh jalan yang mendaki lagi sukar itu ialah dengan mengerjakan amal yang terpuji yaitu memerdekakan budak dari perbudakan atau memberi makan pada saat terjadi kelaparan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat. Dengan demikian mereka telah menunaikan dua kewajiban; yaitu kewajiban terhadap anak yatim dan kewajiban kerabat.
Atau memberi makan orang miskin yang sangat fakir yang tidak ada jalan baginya akan mendapat uang, karena ia tidak kuat dan sangat lemah. Mereka yang termasuk orang-orang yang beriman dan kemudian mereka saling berpesan untuk bersabar menghadapi kesulitan ketika menegakkan agama Allah dan saling berpesan untuk berkasih sayang sesama manusia. Orang-orang yang demikian itu adalah "Ashabul Yamin" penghuni surga.
Orang-orang inilah yang dimaksud Allah dengan firman-Nya;
Artinya:
Dan golongan kanan alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (Q.S. Al Waqi'ah: 27-34)
Tafsir Jalalain : (Melepaskan budak) dari perbudakan, yaitu dengan cara memerdekakannya. |
17. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
18. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
(Kemudian dia adalah) lafal ayat ini di'athafkan kepada lafal Iqtahama; dan lafal Tsumma menunjukkan makna urutan penyebutan atau Tartiibudz Dzikr. Artinya dia sewaktu menempuh jalan yang sulit itu (termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan) yakni sebagian di antara mereka berpesan kepada sebagian yang lain (untuk bersabar) di dalam menjalankan amal ketaatan dan menjauhi perbuatan kemaksiatan (dan saling berpesan untuk berkasih sayang) terhadap semua makhluk.
19. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri.
20. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang kafir kepada ayat-Nya adalah golongan kiri yang berada di dalam neraka yang ditutup rapat. Maka oleh sebab itu mereka tidak akan dapat melepaskan dirinya dan bebas dari azab api neraka itu.
Pada ayat lain yang bersamaan maksudnya Allah berfirman:
Artinya:
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air panas yang mendidih dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus menerus mengerjakan dosa yang besar. Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?, apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?". (Q.S. Al Waqi'ah: 41-48)
0 komentar:
Posting Komentar