1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
2. dan demi malam apabila telah sunyi,
3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu,
Para ahli hadis sependapat bahwa ayat ini diturunkan pada masa terhentinya turun wahyu (fatratul wahyi), sehingga Rasulullah SAW., bersedih hati. Sedemikian besarnya keinginan beliau menerima wahyu itu, beliau berkali-kali pergi ke gua Hira, dengan harapan dapat menerima wahyu itu seperti beliau menerimanya pada kali yang pertama, namun wahyu itu tidak juga kunjung turun, sehingga beliau merasa dirinya ditinggalkan Allah. Dalam keadaan demikian orang-orang musyrik Quraisy selalu memperolok-olokkan beliau, sebagaimana yang diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari.
Artinya:
Dari Jundub bin Sofyan ia berkata: "Rasulullah SAW., mengeluh sehingga beliau tidak mengerjakan qiamul-lail dua atau tiga malam, kemudian datang seorang perempuan mengatakan "Hai Muhammad! Sungguh aku mengharap setan yang menganggu pikiranmu telah meninggalkanmu, aku tidak melihatnya bersamamu selama dua atau tiga malam". Lalu Allah menurunkan ayat-ayat. "Demi waktu matahari naik sepenggalah (tingginya), dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu". (H.R. Bukhari)
Dengan turunnya surah Ad Duha ini, hati Rasulullah menjadi tenteram dan menambah semangat beliau menyampaikan agama Allah.
Dalam ayat-ayat ini Allah SWT bersumpah dengan dua macam tanda-tanda kebesaran-Nya. yaitu Duha (waktu matahari naik sepenggalah (tingginya) bersama cahayanya dengan malam beserta kegelapannya; bahwa Dia tidak meninggalkan Rasul-Nya Muhammad dan tidak pula memarahinya, sebagaimana orang-orang mengatakannya atau perasaan Rasulullah sendiri.
4. dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan.
Kemudian dalam ayat ini Allah mengungkapkan sesuatu yang melapangkan dada Nabi SAW. dan menenteramkan jiwa beliau, yaitu dengan menyatakan bahwa keadaan Nabi dalam kehidupannya di hari-hari mendatang lebih baik dari keadaannya di hari-hari yang telah lalu. Kebesarannya akan bertambah dan namanya akan lebih dikenal. Dia akan selalu membimbingnya untuk mencapai kemuliaan dan untuk menuju kepada kebesaran.
Seakan-akan Dia mengatakan kepada Rasul-Nya: "Apakah engkau kira bahwa Aku akan meninggalkanmu? Bahkan kedudukanmu di sisi-Ku sekarang lebih kokoh dan lebih dekat dari masa yang sudah-sudah".
Janji yang dijanjikan Allah kepada Nabi-Nya terus terbukti kenyataannya karena sejak itu nama Nabi SAW., makin bertambah terkenal, kedudukan Nabi makin bertambah kuat, sehingga mencapai tingkat yang tidak pernah dicapai oleh para Rasul sebelumnya. Allah telah menjadikan Nabi-Nya sebagai rahmat petunjuk dan cahaya untuk seluruh alam dan untuk seluruh hamba-Nya. Dijadikan cinta kepada Nabi termasuk cinta kepada-Nya juga; mengikuti Nabi dan mematuhinya adalah jalan untuk memperoleh nikmat-nikmat Nya, dijadikan-Nya umat Nabi sebagai saksi-saksi untuk manusia seluruhnya Nabi SAW. sendiri telah menyiarkan agama Allah sesuai dengan kehendak-Nya sehingga sampai ke pelosok-pelosok dunia.
Ini adalah suatu kebesaran yang tiada bandingnya, suatu keunggulan yang tiada taranya dan suatu kemuliaan yang tidak ada yang dapat mengimbanginya. Semua itu adalah anugerah Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya.
5. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.
Dalam ayat ini Allah menyatakan tambahan berita gembira kepada Nabi-Nya, yaitu dengan pernyataan bahwa Dia akan terus menerus melimpahkan anugerah-Nya kepada Nabi-Nya, sehingga ia menjadi senang dan bahagia. Di antara pemberian-Nya itu ialah turunnya wahyu terus menerus setelah itu sebagai petunjuk baginya dan bagi umatnya untuk mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di hari kemudian. Dia akan memenangkan agama yang dibawa Nabi-Nya atas seluruh agama lainnya dan Dia akan mengangkat kedudukan Nabi-Nya di atas kedudukan manusia seluruhnya.
6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu.
Dalam ayat ini Allah mengingatkan nikmat yang pernah diterimanya dengan mengatakan, "Bukankah engkau hai Muhammad seorang anak yatim, tidak mempunyai ayah yang bertanggung jawab atas pendidikanmu, menanggulangi kepentinganmu serta membimbingmu, tetapi Aku telah menjagamu, melindungimu dan membimbingmu serta menjauhkanmu dari dosa-dosa perilaku orang-orang jahiliah dan keburukan mereka, sehingga engkau memperoleh julukan mereka "Manusia sempurna".
Nabi SAW. hidup dalam keadaan yatim, karena ayah beliau meninggal dunia sedang beliau masih dalam kandungan ibunda. Ketika beliau lahir Allah memelihara beliau dengan cara menjadikan kakek beliau Abdul Muttalib mengasihi dan menyayanginya sehingga berada dalam asuhan dan bimbingannya sampai dengan wafatnya Abdul Muttalib, sedang umur Nabi ketika itu delapan tahun. Kemudian dengan meninggalnya Abdul Muttalib Nabi menjadi tanggungan paman beliau Abu Talib, berdasarkan wasiat dari Abdul Muttalib. Abu Talib telah mengerahkan semua perhatiannya untuk mengasuh Nabi SAW., sehingga beliau meningkat dewasa dan beliau diangkat menjadi Rasul. Setelah Nabi diangkat menjadi Rasul, orang-orang Quraisy memusuhi Nabi dan menyakiti beliau, tetapi Abu Talib terus membela beliau dari semua ancaman orang musyrik hingga Abu Talib wafat.
Dengan wafatnya Abu Talib bangsa Quraisy mendapat peluang untuk menyakiti Nabi dengan perantaraan orang-orang jahat di kalangan mereka yang menyebabkan beliau terpaksa hijrah.
Betapa hebatnya penggemblengan Allah dan asuhan-Nya terhadap Nabi SAW. Biasanya keyatiman seorang anak adalah sebab kehancuran akhlak karena tidak ada pengasuh dan pembimbing yang bertanggung jawab. Apalagi suasana dan sikap penduduk Mekah lebih dari cukup untuk menyesatkan Nabi bila beliau cenderung kepada mereka. Tetapi perlindungan Allah yang sangat rapi dapat mencegah beliau menemani mereka. Dengan demikian jadilah beliau seorang pemuda yang sangat jujur, tidak pernah tidak terpercaya, tak pernah berdusta dan tidak pernah berlumur dengan dosa orang-orang jahiliah.
7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan, bahwa Dia telah mendapatkan Nabi dalam keadaan kebingungan tiada mempunyai suatu ketegasan walaupun menurut keyakinannya sendiri bahwa bangsa Quraisy-pun belum mempunyai pegangan yang tepat. Ibadat mereka salah dengan menyembah berhala, akidah mereka rusak sehingga Nabi mau beralih kepada agama Yahudi. Kemudian beliau memperhatikan bangsa Yahudi, mereka bukan pula suatu bangsa yang baik. Mereka memutar balikkan agama mereka di samping menentang tindakan-tindakan Rasul mereka. Kemudian beliau beralih memperhatikan agama Nasrani yang dibawa oleh Nabi Isa A.S. Beliau dapati keadaan mereka lebih buruk dari keadaan orang-orang Yahudi lalu beliau menghentikan penelitiannya. Beliau seorang Rasul yang ummi, tidak pandai membaca dan tidak pula tahu menulis. Maka dengan sendirinya beliau tidak mengetahui apa-apa yang terkandung dalam agama-agama yang terdahulu.
Yang sangat membingungkan Nabi SAW. adalah apa yang dilihatnya di kalangan bangsa Arab sendiri tentang kerendahan akidah mereka, kelemahan pertimbangan mereka disebabkan pengaruh dugaan-dugaan yang salah, kejelekan amal perbuatan mereka dan keadaan mereka yang terpecah-belah dan suka bermusuhan. Mereka menuju kepada kehancuran karena memakai orang-orang asing yang leluasa bertindak di kalangan mereka yang terdiri dari bangsa Persia, Habasyah dan Romawi.
Jalan apakah yang harus ditempuh untuk membetulkan akidah-akidah mereka untuk membebaskan mereka dari pengaruh adat-istiadat yang buruk itu dan cara bagaimana yang harus dijalankan untuk membangunkan mereka dari tidur yang nyenyak itu? Pendek kata, Nabi SAW. yakin bahwa kaumnya telah sesat. Mereka telah menukar agama nenek moyang mereka; Agama Nabi Ibrahim A.S.
Umat-umat Nabi lainpun tidak lebih baik keadaan mereka daripada umatnya. Tetapi walaupun begitu Allah tidak membiarkan Nabi-Nya menjalankan dakwah tanpa bantuan-Nya, bahkan diberikannya wahyu yang menjelaskan kepadanya jalan yang harus ditempuh dalam usaha memperbaiki keadaan kaumnya.
Dalam ayat lain yang hampir bersamaan maksudnya Allah berfirman:
Artinya:
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah Al Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu. (Q.S. Asy Syu'ara': 52)
8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa Nabi-Nya itu adalah seorang miskin. Ayahnya tidak meninggalkan pusaka baginya kecuali seekor unta betina dan seorang hamba sahaya perempuan. Kemudian Allah memberinya harta benda berupa keuntungan yang amat besar dari memperdagangkan harta Khadijah dan ditambah pula dengan harta yang dihibahkan Khadijah kepadanya dalam perjuangan menegakkan agama Allah.
Dari keterangan-keterangan tersebut di atas, sesungguhnya Allah mengatakan kepada Nabi-Nya bahwa Dialah yang memeliharanya dalam keadaan yatim, menghindarkannya dari kebingungan dan menjadikannya berkecukupan dan Dia tidak akan meninggalkannya selama hidupnya.
9. Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.
Sesudah Allah menyatakan dalam ayat-ayat terdahulu tentang bermacam-macam nikmat yang diberikan-Nya kepada Nabi-Nya, maka pada ayat ini Dia meminta kepada Nabi-Nya agar mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dan terhadap anak-anak yatim, janganlah menghina dan memperkosa haknya.
Sebaliknya hendaklah mendidik mereka dengan adab dan sopan-santun dan menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa mereka, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang berguna, tidak akan menjadi bibit kejahatan yang merusak orang-orang yang bergaul dengannya. Barangsiapa yang telah merasa kepahitan hidup pada dirinya dalam serba kekurangan maka selayaknya ia dapat merasakan kepahitan itu pada orang lain. Allah telah menghindarkan Nabi-Nya dari kesengsaraan dun kehinaan, maka selayaknya Nabi memuliakan semua anak yatim sebagai tanda mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepadanya.
10. Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya.
Maka dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya agar orang-orang yang meminta sesuatu daripadanya janganlah hendaknya ditolak secara kasar dan dibentak, malah sebaliknya diberi sesuatu atau ditolak secara halus. Ada pendapat bahwa yang dimaksud dengan kata "as sa'ila" adalah orang yang memohon petunjuk, maka hendaknya pemohon ini diladeni dengan lemah-lembut sambil memenuhi permohonannya.
11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).
Dalam ayat ini Allah menegaskan lagi kepada Nabi-Nya agar ia memperbanyak pemberiannya kepada orang-orang fakir dan miskin serta mensyukuri dan menyebut-nyebut nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya. Menyebut-nyebut nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kita bukanlah untuk membangga-banggakan diri, tetapi untuk mensyukuri dan mengharapkan orang lain mensyukuri pula nikmat yang telah diperolehnya. Adat kebiasaan orang-orang kikir adalah menyembunyikan harta kekayaannya untuk menjadi alasan tidak bersedekah dan selalu mereka mendengarkan kekurangan, tetapi sebaliknya orang-orang dermawan, mereka senantiasa menampakkan pemberian dan pengorbanan mereka dari harta kekayaan yang dianugerahkan Allah kepada mereka dengan menyatakan syukur dan terima kasih kepada Allah atas limpahan karunia-Nya itu.
Banyak hadis yang meriwayatkan bahwa Nabi SAW., banyak bersedekah kepada orang-orang fakir miskin, menyantuni dan berbuat baik kepada mereka, sehingga pada suatu waktu beliau pernah menyedekahkan semua yang beliau miliki kepada orang-orang yang berhajat, sehingga beliau terpaksa tidur tanpa makan.
(093) Surah Adh Dhuhaa
Jumat, 05 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar