(094) Surah Alam Nasyrah

Selasa, 02 November 2010

1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,

Hubungan surah Alam Nasyrah ini dengan sebelumnya yakni surah Ad Duha sangat kuat, sehingga Tawus dan Umar bin Abdul Aziz menyatakan bahwa surah Ad Duha dan surah Alam Nasyrah itu satu. Mereka membaca kedua surah tersebut dalam satu rakaat dan tidak membatasinya dengan ucapan basmalah. Tetapi menurut berita yang mutawatir bahwa Ad Duha dan Alam Nasyrah dua surah meskipun terdapat hubungan arti antara keduanya, karena masing-masing surah itu menyebut beberapa nikmat serta meminta agar mensyukurinya.

Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa Dia telah melapangkan dada Nabi-Nya dan menyelamatkan dari kebingungan yang merisaukannya akibat kebodohan dan keras kepala kaumnya. Mereka tidak mau mengikuti kebenaran, sedang Nabi SAW. selalu mencari jalan untuk melepaskan mereka dari lembah kebodohan, sehingga ia menemui jalan untuk itu dan untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran yang sedang mereka alami.
Maksudnya, Allah telah membersihkan jiwa Nabi SAW. dari segala macam perasaan cemas, sehingga dia tidak gelisah, tidak susah dan tidak pula gusar. Dijadikan-Nya selalu tenang dan percaya akan pertolongan dan bantuan Allah kepadanya serta yakin bahwa Allah yang menugasinya sebagai Rasul sekali-kali tidak akan membantu musuh-musuhnya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Alam Nasyrah 1

(Bukankah Kami telah melapangkan) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir atau menetapkan, yakni Kami telah melapangkan (untukmu) hai Muhammad (dadamu?) dengan kenabian dan lain-lainnya.

2. Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,

3. yang memberatkan punggungmu?


Dalam ayat-ayat ini Allah mengungkapkan bahwa Dia berkenan meringankan beban yang dipikulkan kepada Nabi-Nya dalam menunaikan penyebaran risalah-Nya sehingga dengan mudah ia dapat menyampaikannya kepada manusia, dengan jiwa yang tenteram menghadapi tantangan musuh-musuhnya walaupun kadang-kadang tantangan itu berbahaya.
Setelah Rasulullah SAW. diangkat menjadi Rasul maka mulailah beliau melaksanakan tugas menyampaikan agama Allah kepada orang-orang Quraisy karena timbul reaksi yang kuat dari orang-orang Quraisy, beliau menyiarkan Agama Islam dengan sembunyi-sembunyi, karena itu beliau merasakan amat berat melakukan tugas itu; maka dengan masuk Islamnya beberapa orang pembesar Quraisy seperti Umar bin Khattab, Sayyidina Hamzah dan lain-lain, Rasulullah merasa ringan melaksanakan tugasnya. Hal ini ditambah lagi dengan datangnya perintah Allah untuk menyiarkan Agama Islam dengan terang-terangan dan adanya jaminan Allah untuk menolong beliau sebagaimana firman-Nya:

Artinya:
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu), (yaitu) orang-orang yang menganggap adanya Tuhan yang lain di samping Allah. (Q.S. Al Hijr: 94-95)

4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.


Dalam ayat ini Allah menerangkan pula bahwa Dia mengangkat derajat Nabi-Nya, meninggikan kedudukannya dan memperbesar pengaruhnya. Apakah ada pangkat yang lebih mulia dari pangkat nubuwah yang telah dianugerahkan Allah kepadanya? Apakah ada yang lebih utama dari tersebarnya ke seluruh dunia pengikut-pengikut yang setia yang patuh menjalankan perintah-perintahnya serta menjauhi larangan-larangannya.
Mereka melakukan yang demikian itu karena yakin bahwa dalam menjalankan perintah-perintahnya itu terdapat keuntungan yang besar, sedang mendurhakainya adalah kerugian besar. Apakah ada sebutan yang lebih mulia dan dapat membanggakan hati daripada menyebut namanya bersama nama Allah Yang Maha Rahman, sebagai tanda kesempurnaan insani? Sebutan mana lagi yang lebih mulia daripada sebutan yang dijadikan tanda pengakuan kerasulannya dan pengakuan tersebut dijadikan syarat seseorang menjadi penghuni surga.

Selain dari itu Nabi SAW. telah membebaskan umat manusia dari perbudakan, kebodohan dan kerusakan pikiran dan membawa manusia kembali kepada fitrah yang menjamin kebebasan berpikir dan berkehendak sehingga dapat menemukan yang hak dan mengetahui siapakah sebenarnya yang harus disembah. Dengan demikian bersatulah mereka dalam keimanan dan beribadat kepada Allah Yang Maha Esa, sesudah mereka berbeda-beda dalam penyembahan mereka. Beliaulah yang menyingkirkan dari mereka awan-awan kegelapan serta menerangi jalan yang harus ditempuh untuk menuju kepada kejayaan dan kebahagiaan.

5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,


Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa sesungguhnya di dalam setiap kesempitan di situ terdapat kelapangan dan di dalam setiap kekurangan sarana untuk mencapai suatu keinginan di situ pula terdapat jalan keluar, jika seseorang dalam menuntut sesuatu tetap berpegang pada kesabaran dan tawakal kepada Tuhannya. Ini adalah sifat Nabi SAW. baik sebelum beliau diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya, ketika beliau terdesak menghadapi tantangan kaumnya.

Walaupun demikian, beliau tidak pernah gelisah dan tidak pula mengubah tujuan tetapi beliau bersabar menghadapi kejahatan kaumnya dan terus menjalankan dakwah sambil berserah diri dengan tawakal kepada Allah dan mengharap pahala daripada-Nya. Begitulah keadaan Nabi SAW. sejak permulaan dakwahnya. Pada akhirnya Allah memberikan kepadanya pendukung-pendukung yang mencintai beliau sepenuh hati dan bertekad untuk menjaga diri pribadi beliau dan agama yang dibawanya, dengan keyakinan bahwa tidaklah sempurna hidup mereka kecuali dengan menghancurkan dan meleburkan segala sendi kemusyrikan dan kekafiran. Lalu mereka bersedia menebus pahala dan nikmat yang disediakan di sisi Allah bagi orang-orang yang berjihad pada jalan-Nya dengan jiwa dan harta dan semua yang mereka miliki. Maka dengan demikian mereka telah sanggup menghancurkan kubu-kubu pertahanan raja-raja Persia dan Romawi.
Ayat tersebut seakan-akan menyalakan bahwa bila keadaan telah terlalu gawat maka dengan sendirinya kita ingin keluar dengan selamat dari kegawatan tersebut dengan melalui segala jalan yang dapat ditempuh, sambil bertawakal kepada Allah. maka dengan demikian tercapai kemenangan biar bagaimanapun hebatnya rintangan dan percobaan yang dihadapi.

Dengan ini pula Allah memberitahukan kepada Nabi Nya bahwa keadaannya akan berubah, dari miskin menjadi kaya, dari tidak mempunyai teman sampai mempunyai saudara yang banyak dan dari kebencian kaumnya kepada kecintaan yang tidak ada taranya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Alam Nasyrah 5

(Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu) atau kesukaran itu (ada kelapangan) yakni kemudahan.

6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Ayat ini adalah ulangan ayat sebelumnya untuk menguatkan arti yang terkandung dalam ayat yang terdahulu; yakni bila kesulitan itu dihadapi dengan tekad yang sungguh-sungguh dan berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk melepaskan diri daripadanya, tekun dan sabar serta tidak mengeluh atas kelambatan datangnya kemudahan, pasti kemudahan itu akan tiba.

7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

Kemudian sesudah Allah menyatakan nikmat-nikmat-Nya kepada Rasul-Nya dan janji-Nya akan menyelamatkannya dari bahaya-bahaya yang menimpanya Dia memerintahkan kepadanya agar mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan tekun beramal saleh sambil bertawakal kepada-Nya. Bila ia telah selesai mengerjakan suatu amal perbuatan lainnya, karena dalam keadaan terus beramal akan menemui ketenangan jiwa dan kelapangan hati. Dan ayat ini menganjurkan agar Nabi SAW. tetap rajin dan terus menerus tekun beramal.

8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Dalam ayat ini Allah menegaskan agar Nabi-Nya jangan mengharapkan pahala dan hasil amal perbuatannya hanya menuntut keridaan Allah semata-mata karena Dialah yang sebenarnya yang dituju dalam amal ibadat dan pada-Nyalah tempat merendahkan diri.

0 komentar:

Posting Komentar