1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
Dalam hadis sahih riwayat Bukhari dinyatakan bahkan Nabi SAW. datang ke gua Hira' suatu gua yang terletak di atas sebuah bukit di pinggir kota Mekah untuk berkhalwat beberapa malam. Kemudian sekembali beliau pulang mengambil bekal dari rumah istri beliau, Khadijah, datanglah jibril kepada beliau dan menyuruhnya membaca.
Nabi menjawab: "Aku tidak bisa membaca" Jibril merangkulnya sehingga Nabi merasa sesak nafas. Jibril melepaskannya; sambil berkata: "Bacalah". Nabi menjawab: "Aku tidak bisa membaca". Lalu. dirangkulnya lagi dan dilepaskannya sambil berkata: "Bacalah". Nabi menjawab: "Aku tidak bisa membaca" sehingga Nabi merasa payah, maka Jibril membacakan ayat 1 sampai ayat 5 surah Al `Alaq yang artinya:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari (sesuatu) yang melekat. Bacalah!.
dan Tuhanmu Yang Paling Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Lalu Nabi SAW. dengan gemetar dan ketakutan pulang menemui istri beliau dan mengatakan: "Selimutilah aku! Selimutilah aku!". Nabi terus diselimuti sehingga hilanglah kegelisahannya. Lalu beliau menceritakan kepada Khadijah apa yang terjadi dan beliau menambahkan: "Aku sangat khawatir apa yang akan terjadi atas diriku" Khadijah berkata: "Tak usah khawatir; malah seharusnya engkau gembira; demi Allah, sekali-kali Tuhan tidak akan menyusahkanmu. Engkau menghubungkan silaturrahmi, berbicara benar. membantu orang-orang yang tidak mampu, menghormati tamu dan meringankan kesulitan-kesulitan penderita".
Kemudian Khadijah membawa Nabi SAW. menemui Waraqah bin Naufal (anak paman Khadijah). Waraqah bin Naufal adalah seorang beragama Nasrani. Ia banyak menulis buku yang berbahasa Arab dan bahasa Ibrani yang berasal dari Injil. Ia adalah seorang tua lagi buta.
Khadijah berkata kepadanya: "Wahai anak pamanku, dengarlah cerita dari anak saudaramu ini!". Lalu Waraqah bertanya: "Apakah yang ingin engkau ketahui wahai anak saudaraku?". Lalu Nabi SAW. menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi di gua Hira'. Kemudian Waraqah berkata: "Itu adalah Jibril yang pernah datang menemui Isa A.S.; sekiranya saya ini seorang pemuda yang tangkas dan kiranya saya masih hidup ketika kaummu mengusirmu", maka Nabi bertanya: "Apakah mereka akan mengusir aku?". Jawab Waraqah: "Ya! hanya sedikit yang mengemban apa yang engkau bawa ini dan banyak yang memusuhinya, maka jika aku masih kuat hidup di waktu itu pasti aku akan membantumu sekuat-kuatnya". Tidak lama sesudah itu Waraqahpun meninggal dunia. (HR. Imam Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadis tersebut jelaslah bahwa lima ayat pertama surah Al `Alaq ini adalah ayat-ayat Alquran yang pertama kali diturunkan sebagai rahmat dan panggilan Allah yang pertama kali yang dihadapkan kepada Nabi SAW.
Adapun ayat-ayat lainnya diturunkan sesudah tersiarnya berita kerasulan Nabi SAW. dan sesudah Nabi mulai mengajak orang-rang beriman kepadanya. Ajakan Nabi ini pada mulanya disambut oleh sebahagian kecil orang-orang Quraisy, sedang kebanyakan mereka mengejek-ejek orang yang telah beriman dan berusaha agar jangan beriman kepada agama yang di bawa Muhammad dari Tuhannya.
Allah menyuruh Nabi agar membaca sedang beliau tidak pandai membaca dan menulis, maka dengan kekuasaan Allah ini beliau dapat mengikuti ucapan Jibril. Dan Allah akan menurunkan kepadanya suatu Kitab yang akan menjadi petunjuk bagi manusia.
Maksudnya, bahwa Allah yang menjadikan dan menciptakan seluruh makhluk Nya dari tidak ada kepada ada, sanggup menjadikan Nabi-Nya pandai membaca tanpa belajar.
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan manusia, yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia dijadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan diberinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu yang ada di bumi ini serta menundukkannya untuk keperluan hidupnya dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Dan Dia berkuasa pula menjadikan insan kamil di antara manusia, seperti Nabi SAW. yang pandai membaca walaupun tanpa belajar.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kembali Nabi-Nya untuk membaca, karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali dengan mengulang-ngulangi dan membiasakannya, maka seakan-akan perintah mengulangi bacaan itu berarti mengulang-ulangi bacaan yang dibaca dengan demikian isi bacaan itu menjadi satu dengan jiwa Nabi SAW. sesuai dengan maksud firman Allah dalam ayat yang lain:
Artinya:
Kami akan membacakan (Alquran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa. (Q.S. Al 'Alaq: 6)
Nabi SAW. dapat membaca adalah dengan kemurahan Allah. Dia mengabulkan permintaan orang-orang yang meminta kepada-Nya, maka dengan limpahan karunia-Nya dijadikan Nabi-Nya pandai membaca. Dengan demikian hilanglah keuzuran Nabi SAW. yang beliau kemukakan kepada Jibril ketika menyuruh beliau membaca: "Saya tidak pandai membaca, karena saya seorang buta huruf yang tak pandai membaca dan menulis".
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Kemudian dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menyediakan kalam sebagai alat untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antar manusia walaupun mereka berjauhan tempat. sebagaimana mereka berhubungan dengan perantaraan lisan. Kalam sebagai benda padat yang tidak dapat bergerak dijadikan alat informasi dan komunikasi, maka apakah sulitnya bagi Allah menjadi Nabi-Nya sebagai manusia pilihan-Nya bisa membaca, berorientasi dan dapat pula mengajar.
Allah menyatakan bahwa Dia menjadikan manusia dari 'Alaq lalu diajarinya berkomunikasi dengan perantaraan kalam. Pernyataan ini menyatakan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu bahan hina dengan melalui proses, sampai kepada kesempurnaan sebagai manusia sehingga dapat mengetahui segala rahasia sesuatu, maka seakan-akan dikatakan kepada mereka, "Perhatikanlah hai manusia bahwa engkau telah berubah dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling mulia, hal mana tidak mungkin terjadi kecuali dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al 'Alaq 4
(Yang mengajar) manusia menulis (dengan qalam) orang pertama yang menulis dengan memakai qalam atau pena ialah Nabi Idris a.s.
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Kemudian dalam ayat ini Allah menambahkan keterangan tentang limpahan karunia-Nya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang menjadikan Nabi-Nya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang menjadikan Nabi-Nya pandai membaca. Dialah Tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya yang menyebabkan dia lebih utama dari pada binatang-binatang, sedangkan manusia pada permulaan hidupnya tidak mengetahui apa-apa. Oleh sebab itu apakah menjadi suatu keanehan bahwa Dia mengajar Nabi-Nya pandai membaca dan mengetahui bermacam-macam ilmu pengetahuan serta Nabi SAW. sanggup menerimanya.
Dengan ayat-ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu pengetahuan. Andaikata tidak karena kalam niscaya banyak ilmu pengetahuan yang tidak terpelihara dengan baik. banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak ajaran agama hilang pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat dikenal oleh orang-orang sekarang baik ilmu, seni dan ciptaan-ciptaan mereka.
Demikian pula tanpa pena tidak dapat diketahui sejarah orang-orang yang berbuat baik atau yang berbuat jahat dan tidak ada pula ilmu pengetahuan yang menjadi pelita bagi orang-orang yang datang sesudah mereka. Lagi pula ayat ini sebagai bukti bahwa manusia yang dijadikan dari benda mati yang tidak berbentuk dan tidak berupa dapat dijadikan Allah menjadi manusia yang sangat berguna dengan mengajarinya pandai menulis, berbicara dan mengetahui semua macam ilmu yang tidak pernah diketahuinya.
6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
7. karena dia melihat dirinya serba cukup.
Dalam ayat-ayat ini Allah mengungkapkan keanehan sikap manusia pada umumnya. Manusia bila ia berkuasa dan mempunyai harta, sikapnya berubah dari yang seharusnya. Ia menjadi takabur, segan menghambakan dirinya kepada Allah dan menganggap dirinya yang paling baik. Padahal dia dan orang lain itu adalah anggota satu keluarga yang harus bantu membantu dan tolong-menolong dalam kesenangan dan kesengsaraan serta mengingini kebaikan bagi anggota keluarga lainnya sebagaimana ia mencintai kebaikan untuk dirinya.
Nabi SAW. bersabda:
Artinya:
"Orang mukmin sesama mukmin lainnya seolah-olah suatu bangunan yang saling kokoh mengokohkan". (H.R. Bukhari)
Telah diriwayatkan pula bahwa Sayidina Ali menasihati anaknya Hasan. Ia berkata: "Inginkanlah kebaikan bagi orang lain sebagaimana engkau menginginkannya untuk dirimu dan jangan menginginkan bagi orang lain apa yang tidak engkau inginkan untuk dirimu".
Pada umumnya manusia itu bila merasa kuat dan mempunyai kekayaan dia berbuat melampaui batas, berlainan dengan orang yang bertakwa, kekayaannya akan menjadi sumber kebaikan dengan tujuan membantu mereka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, karena mereka akan menggunakannya menurut keridaan Allah yang kegunaannya bermanfaat untuk agama dan dunia mereka.
8. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali (mu).
Kemudian pada ayat ini Allah memperingatkan bahwa tempat kembali segala urusan adalah kepada Allah. Dialah yang memiliki segala urusan manusia dan segala apa yang dimiliki oleh manusia itu. Perbuatan tipu daya dan kehinaan baik kecil maupun besar yang pernah dilahirkannya akan dipertanggungjawabkannya di akhirat kelak.
Dalam ayat lain yang serupa maksudnya Allah berfirman:
Artinya:
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang tergesa-gesa memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10. seorang hamba ketika dia mengerjakan salat,
Pada ayat-ayat ini Allah menyatakan ancaman dan kebencian-Nya yang diungkapkan dalam bentuk perintah, supaya memperhatikan keanehan sikap orang bodoh ini; kesombongan, ketakaburan dan kecongkakannya yang sangat hebat sehingga ia berani melarang hamba-hamba Allah mengerjakan salat. Padahal ia bukan pencipta, bukan pula pemberi rezeki. Bagaimana ia berani melakukan yang demikian itu, sedangkan dia sendiri harus tunduk kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Telah diriwayatkan bahwa Sayidina Ali Karamallahu wajhah pernah melihat orang-orang salat sebelum salat Id di Suatu lapangan; lalu beliau berkata, "Saya tidak pernah melihat Nabi SAW. mengerjakannya". Mereka bertanya: "Apakah engkau melarang mengerjakannya?" Ali menjawab: "Saya khawatir kalau saya melarang tentu saya termasuk orang-orang yang dimaksud oleh Allah dalam firman-Nya, "Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang melarang hamba Allah apabila ia mengerjakan salat".
11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
12. atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
Dalam ayat-ayat ini Allah menambah keterangan-Nya terhadap orang durhaka ini dalam bentuk pertanyaan, yaitu perhatikanlah, "Kiranya orang berbudi pekerti baik, menyeru kepada kebaikan dan memanggil kepada takwa, bukankah yang demikian itu lebih baik daripada kafir kepada Allah serta melarang orang menaati-Nya? Karena dengan kekafirannya itu akan kehilangan kedudukan yang paling mulia dan jatuh ke lubuk yang paling hina".
Maksudnya, bukankah lebih baik baginya mendapat petunjuk serta dapat pula menyuruh orang lain ke jalan yang benar. Dan ini adalah sikap Nabi SAW. karena usaha beliau ada kalanya membentuk diri sendiri dengan beribadat, seperti mendirikan salat mengerjakan puasa dan lain-lain. Dan ada kalanya pula berusaha memperbaiki keadaan orang lain dengan memanggil mereka kepada jalan yang benar dan kepada takwa.
13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
14. Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
Allah menambahkan keterangan dalam bentuk pertanyaan yaitu: "Perhatikanlah pula keadaan si kafir ini. Jika ia mendustakan dalil-dalil ketauhidan Allah, tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan tidak mau juga mempedulikan panggilan Rasul serta membujuk orang agar tidak mendengar panggilan. Apakah ia tidak khawatir akan ditimpa bahaya atau akan turun atasnya azab Allah yang tak dapat dipikulnya? Apakah tidak dipikirkannya bahwa Allah pencipta alam semesta ini memperhatikan tindakan-tindakannya? Dia tidak akan membiarkannya, malah semua kejahatannya akan mendapat balasan.
15. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,
16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
Allah memperkeras ancaman-Nya dalam bentuk sumpah. Sesungguhnya jika si kafir itu tidak henti-hentinya berdusta, melakukan kebodohan dan melarang orang-orang mengerjakan salat niscaya akan kami tarik ubun-ubunnya dengan keras dan melemparkannya ke dalam neraka.
17. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah,
Allah memperolok-olokkan si kafir itu, Kami suruh mereka memanggil pembantu-pembantunya dari kalangan kaumnya yang mencintainya untuk melindunginya dari azab yang akan menimpanya. Jika si kafir berani melakukan yang demikian itu, yaitu menantang Allah dan menghadapkan dirinya kepada kemarahan-Nya, niscaya Allah akan memanggil pula tentara-tentara-Nya yang gagah perkasa yang tidak ada seorangpun sanggup menghadapinya. Bala tentara Allah itu akan membinasakan si kafir itu bersama pembantu-pembantunya dan akan melemparkannya ke dalam neraka.
Bala tentara Allah adalah malaikat-malaikat yang diutus untuk menyiksa hamba-hamba-Nya yang sesat. Mereka diberi nama dengan Zabaniyah karena mereka menghalau orang-orang kafir ke dalam neraka.
Telah diriwayatkan tentang Abu Jahal bahwa ia pada suatu waktu marah dan berkata kepada Nabi SAW., "Hai Muhammad! Dengan siapa engkau menakut-nakuti saya? Sesungguhnya pembantu-pembantuku banyak sekali memenuhi semenanjung ini" Ia berkata pula. "Jika aku melihat Muhammad melakukan salat di Kakbah aku akan menginjak lehernya". Ketika ucapannya ini sampai ke telinga Nabi SAW. beliau berkata, "Bila ia melakukan yang demikian itu pasti malaikat akan mengambilnya.
19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan),
Kemudian dalam ayat ini Allah menguatkan lagi ancaman-Nya kepada orang kafir yang menentang dan takabur itu dengan menegaskan bahwa mereka tidak akan sanggup menghadapi kekuatan Allah; oleh karena orang-orang kafir bersama pembantunya tidak akan sanggup berhadapan dengan kekuatan Allah, maka Ia melarang Nabi-Nya mematuhi si kafir itu, sebagaimana dalam ayat lain yang bersamaan artinya Allah berfirman:
Artinya:
Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah).
Sebaliknya beribadat dan bersujud untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meninggalkan ibadat itu berarti menjauhkan diri dari Allah-dan keadaan seseorang yang paling dekat kepada Allah adalah ketika ia sedang sujud.
(096) Surah Al 'Alaq
Selasa, 02 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar