1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,
Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dari Abu Hurairah, ia berkata, "Al Hakumut Takasur turun karena ada kaitannya dengan dua kabilah dari seorang Ansar, yaitu Bani Harisah dan Bani Al Haris, mereka saling membanggakan kabilahnya masing-masing. Salah satu dari dua kabilah itu berkata, adakah di kalangan kamu orang besar seperti si Anu? Yang lain berkata begitu pula, mereka berbangga-bangga dengan orang-orang yang masih hidup. Lalu mereka bersama-sama menuju ke kubur. Salah satu dari dua kabilah itu mengatakan, "Adakah di antara kamu orang besar seperti ini sambil menunjuk kepada satu kuburan? Dan yang lain berkata begitu pula, lalu turunlah surah ini".
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa manusia sibuk bermegah-megahan dengan banyak harta, teman dan pengikut, sehingga melalaikannya dari kegiatan beramal. Mereka asyik dengan berbicara saja, terpedaya oleh keturunan mereka dan teman sejawat tanpa memikirkan amal perbuatan yang bermanfaat untuk mereka dan keluarga mereka.
Telah diriwayatkan dari Mutarrif dari ayahnya, ia berkata:
Artinya:
Saya menemui Nabi SAW membaca: "Al Hakumut Takasur" beliau berkata. "Anak Adam berkata: inilah harta saya dan harta kamu: Hai anak Adam! engkau tidak memiliki dari hartamu kecuali apa yang telah engkau makan dan telah engkau habiskan atau pakaian yang kamu pakai sehingga lapuk atau harta yang telah kamu sedekahkan sampai habis, selain itu akan hilang dan engkau tinggalkan bagi orang lain".
(H.R Maulim)
Dan telah diriwayatkan pula dari Anas bahwa Nabi SAW. bersabda:
Artinya:
"Seandainya anak Adam memiliki satu lembah emas ia ingin memiliki dua lembah emas dan tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) kecuali mulutnya diisi dengan tanah kuburan dan Allah akan memberikan ampunan kepada orang yang bertobat".
(HR. Anas bin Malik)
Sementara Ahli Tafsir ada yang berpendapat bahwa maksud ayat ini adalah bangga dalam berlebih-lebihan. Seseorang berusaha memiliki lebih banyak dari yang lain baik harta ataupun kedudukan dengan tujuan semata-mata untuk mencapai ketinggian dan kebanggaan, bukan untuk digunakan pada jalan kebaikan atau untuk membantu menegakkan keadilan dan maksud baik lainnya.
2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan keadaan bermegah-megah di antara manusia atau dengan usaha untuk memiliki lebih banyak dari orang lain akan terus berjalan di antara mereka sehingga mereka masuk lubang kubur. Dengan demikian mereka telah menyia-nyiakan umur mereka untuk yang tidak berfaedah, baik dalam hidup dunia maupun untuk kehidupan akhirat.
Para Ulama berpendapat bahwa menziarahi kuburan adalah obat penawar yang paling ampuh untuk melunakkan hati yang membatu, karena dengan ziarah kubur itu manusia akan ingat mati dan Hari Akhirat, maka dengan sendirinya akan membatasi keinginan-keinginan yang bukan-bukan.
Nabi Muhammad SAW. bersabda:
Artinya:
"Saya pernah melarang kamu menziarahi kubur, maka sekarang ziarahilah kubur itu, karena menziarahi kubur itu akan membatasi diri dari kemewahan dan mengingatkan kamu kepada kehidupan akhirat.
(lihat Tafsir Al Maragi, hal. 231, juz 30, jilid X)
3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
Kemudian Allah SWT dengan ayat ini memperingatkan bahwa bermegah menimbulkan kekacauan dan permusuhan. Sebaliknya Allah menganjurkan agar diciptakan kerukunan hidup, bantu membantu dalam menegakkan kebenaran dan tolong-menolong dalam kebaikan dan dalam melestarikan hidup bermasyarakat, dengan membina akhlak yang luhur dan budi pekerti yang baik.
4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Dalam ayat ini Allah SWT mengulang ancaman-Nya dan ini adalah ancaman sesudah ancaman, sebagaimana seorang tuan berkata kepada hamba sahayanya: "Kukatakan kepadamu, jangan dikerjakan. Kukatakan kepadamu jangan dikerjakan!".
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
Dalam ayat ini Allah memperingati dalam bentuk perintah yaitu waspadalah terhadap tingkah lakumu yang buruk itu, karena bila kamu tahu akibat keinginanmu untuk berlebih-lebihan, sehingga menyibukkan kamu mengerjakan pekerjaan yang tidak bermanfaat. Pendirianmu yang kamu anggap benar itu sebenarnya adalah salah. Itu hanya sangkaan belaka yang pasti berubah, karena tidak sesuai dengan kenyataan. Yang harus menjadi pendirian adalah yang sesuai dengan kenyataan yang dapat disaksikan oleh mata, oleh perasaan atau berdasarkan dalil sahih.
6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
Dalam ayat ini Allah menerangkan sebagian azab yang akan dialami oleh orang yang bermegah-megahan itu karena kelalaian tersebut yaitu mereka akan ditimpa azab di akhirat, mereka pasti akan melihat tempat itu dengan mata kepala mereka sendiri, oleh sebab itu hendaknya selalu mereka renungkan kedahsyatan azab itu dalam pikiran mereka agar membawa mereka kepada perbuatan yang baik dan bermanfaat. Yang dimaksud dengan melihat neraka Jahim adalah merasakan azabnya. sesuai dengan tujuan Alquran dalam pemakaian kata-kata tersebut.
7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainulyaqin,
Kemudian dengan ayat ini Allah menguatkan isi ayat sebelumnya, bahwa azab itu benar-benar akan dirasakan oleh orang yang terpedaya itu. Oleh karena itu siapa saja dan dari golongan apa saja hendaklah bertakwa kepada Tuhannya serta menghindari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka disiksa. Hendaknya seseorang itu memperhatikan nikmat-nikmat Allah yang ada padanya untuk dipelihara dan dipergunakan sesuai dengan fungsi nikmat tersebut dan hendaknya pula jangan melakukan kejahatan atau mengada-adakan kemungkaran dan janganlah seseorang dari kamu mengharap-harapkan ampunan Allah hanya semata-mata dengan pengakuan beragama Islam dengan memakai nama dan gelar yang muluk-muluk. sedangkan ia menyalahi hukum-hukum Alquran dan tindakan-tindakannya sama dengan tindakan musuh Islam.
8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
Dalam ayat ini Allah SWT, lebih memperkuat lagi celaan-Nya terhadap mereka, bahwa sesungguhnya mereka akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan-kenikmatan yang mereka megah-megahkan di dunia, apa yang kamu perbuat dengan nikmat-nikmat itu. Apakah kamu telah menunaikan hak Allah daripadanya, atau apakah kamu menjaga batas-batas hukum Allah yang telah ditentukan dalam bersenang-senang dengan nikmat tersebut. Jika kamu tidak melakukannya, ketahuilah bahwa nikmat-nikmat itu adalah puncak kecelakaan di hari akhirat.
Telah diriwayatkan bahwa Umar R.A., bertanya kepada Nabi Muhammad SAW.:
Artinya:
"Nikmat apakah yang ditanyakan kepada kami, Ya Rasulullah, padahal kami telah diusir dari kampung halaman kami dan harta kami?". Nabi SAW. menjawab: "Naungan-naungan rumah, pohon-pohon, gubuk-gubuk yang melindungi kamu dari udara panas dan dingin dan air yang sejuk di hari yang panas".
(lihat Tafsir Al Maragi, hal. 232, juz 30, jilid X).
Dan telah diriwayatkan pula dari Nabi Muhammad SAW., beliau bersabda:
Artinya:
Barangsiapa yang bangun pagi dalam keadaan aman sentosa dalam keluarganya, sehat walafiat badannya serta mempunyai bekal hidup untuk harinya, maka seolah olah dunia dengan segala kekayaannya telah diserahkan kepadanya.
(lihat Tafsir Al Maragi, hal. 232, juz 30 jilid X).
(102) Surah At Takaatsur
Selasa, 02 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar