1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
'Ata dan Al Kalbi berkata: "Surah ini diturunkan berkenaan dengan Akhnas bin Syuraiq. Ia senang mengejek-ejek orang dan mencaci mereka, lebih-lebih mencaci Nabi Muhammad SAW",
Maqatil berkata: "Surah ini turun berkenaan dengan Al Walid bin Al Mugirah. Ia mencela Nabi Muhammad SAW., di belakang beliau dan membantah bila berhadapan dengan beliau".
Muhammad bin Ishaq, penulis sejarah nabawiyyah berkata: "Senantiasa kita dengar bahwa surah ini turun berkenaan dengan Umayyah bin Khalaf".
Dalam ayat ini Allah mengancam bahwa kemurkaan dan azan-Nya akan ditimpakan kepada setiap orang yang mengumpat, mencela dan menyakiti mereka baik dihadapan maupun di belakang mereka.
2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya,
Dalam ayat ini Ia menyatakan sebab kecelakaan dan kebinasaan mereka yaitu karena mereka memperkaya diri sendiri serta selalu menghitung-hitung harta kekayaannya itu karena sangat cinta dan senangnya kepada harta seakan-akan tidak ada kebahagiaan dan kemulyaan dalam hidup kecuali karena harta. Bila ia menoleh kepada hartanya yang banyak itu ia merasakan bahwa kedudukannya sudah tinggi dari orang-orang sekelilingnya.
Dia tidak merasa khawatir akan ditimpa musibah karena ia mencerca dan merobek-robek kehormatan orang lain. Karena kecongkakannya ia lupa dan tidak sadar bahwa maut selalu mengintainya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi sesudah mati dan tidak pula merenungkan apa-apa yang akan terjadi atas dirinya.
3. dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya,
Kemudian dalam ayat ini Allah menyatakan salahnya sangkaan pengumpat dan pencerca, bahwa harta yang dimilikinya itu menjamin akan tetap hidup di dunia selamanya. Oleh karena itu tindakan-tindakannya sama dengan tindakan orang yang akan hidup selama-lamanya dan bila ia mati tidak akan hidup kembali untuk menerima balasan atas amal kejahatannya selama hidup di dunia.
4. sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.
Sesudah mengancam orang-orang yang bersifat demikian dengan siksa-Nya yang pedih. Ia menyebutkan pula sebab yang membuat mereka mengerjakan sifat-sifat yang terkutuk itu yaitu mereka mengira bahwa semua harta mereka itu dapat menolong mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Ancaman dalam bentuk pertanyaan: "Siapakah yang menyangka bahwa hartanya itu dapat menjamin dirinya dari mati?". Allah menjawab: "Tidak sekali-kali tidak bahkan dia akan dilemparkan ke dalam neraka Hutamah, tidak ada yang memperhatikannya dan tidak pula yang memperdulikan".
Ali R.A. pernah memberikan nasihat yang berbunyi: "Wahai Kumail, binasalah orang-orang penimbun harta, padahal mereka masih hidup, sedang para ulama akan kekal abadi meskipun jasad mereka sudah hilang namun sifat-sifat keutamaan mereka tetap dikenang dalam hati".
Maksudnya, penimbunan harta dikutuk, dicela dan dibenci karena manusia tidak mendapat apa-apa dari harta mereka. Sedang para sarjana dan ulama terus menerus terpuji selama terdapat di bumi orang-orang yang mengambil manfaat diri ilmu mereka.
5. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
Dalam ayat-ayat ini Allah menggambarkan betapa dahsyatnya neraka Hutamah dalam bentuk pertanyaan: "Tahukah engkau apa Hutamah?". Allah menjawab;" Hutamah yaitu api yang disediakan Allah untuk menyiksa orang-orang yang durhaka dan berdosa. Tidak ada yang mampu mengetahui apa hakikatnya kecuali Allah penciptanya.
7. yang (membakar) sampai ke hati.
Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa api yang menyala-nyala itu berbeda dengan api dunia. Ia menjilat dan naik sampai ke hulu hati. Ia masuk ke dalam rongga perut sampai ke dada dan membakar hati. Hati adalah yang paling merasa sakit dari anggota-anggota badan lainnya, maka apabila api sampai membakar hati berarti siksa yang dirasakannya itu sudah sampai ke puncaknya.
8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa api tersebut berlapis-lapis mengelilingi mereka. Mereka tidak dikeluarkan dari padanya dan tidak pula mampu keluar sendiri. Dalam ayat lain yang hampir sama maksudnya, Allah berfirman:
Artinya:
Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. Q.S (Al Hajj): 22.
9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan keadaan orang-orang penghuni neraka Hutamah, yaitu yang dipahami dari kata "Muqatil" bahwa pintu-pintu neraka itu ditutup rapat, sedang mereka diikat pada tiang tiang besi, tidak pernah pintu-pintu itu dibuka dan di sana penuh dengan segala macam penderitaan.
Tujuannya adalah untuk menjadikan mereka putus-asa untuk dapat keluar dari neraka Hutamah itu.
Semoga Allah menyelamatkan kita dari kemurkaan-Nya dan memelihara kita dari kedahsyatan api neraka itu dengan fa'al dan karunia-Nya. Amin.
(104) Surah Al Humazah
Selasa, 02 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar